Jumaat, 28 Januari 2011

Kejohanan Merentas Desa dan Road Relay


Selasa, 25 Jan 2010 - Kejohanan Merentas Desa dan Road Relay Sekolah Menengah Vokasional Melaka Tengah Tahun 2011 telah diadakan dengan disempurnakan oleh YDP PIBG, En Mohd Jackie bin Abdullah. Acara dimulakan dengan larian Merentas Desa sejauh 3km bagi pelajar lelaki dan 2.5km bagi pelajar perempuan, diikuti dengan acara larian Road Relay.
Dalam acara Road Relay, tiga kategori dipertandingkan iaitu kategori lelaki Tingkatan 4, kategori lelaki Tingkatan 5 dan kategori perempuan. Pemenang tempat pertama hingga sepuluh lelaki/perempuan menerima hadiah manakala piala pusingan diberikan kepada Johan Lelaki, Johan Perempuan dan Johan Keseluruhan (Rumah Sukan).

Majlis Watikah Pelantikan Pengawas Sekolah Dan Exco Asrama

Isnin, 24 Jan 2011 - Sekolah Menengah Vokasional Melaka Tengah telah mengadakan Majlis Watikah Pelantikan Pengawas Sekolah dan Exco Asrama di Dewan Bunga Raya. Majlis disempurnakan oleh Sarjan Mahat bin Haslan mewakili Tuan ACP Salehuddin bin Hj Abd. Rahman, Ketua Polis Daerah Melaka Tengah.

Objektifnya adalah untuk, menanam nilai tanggungjawab kepada semua pemimpin pelajar sekolah & asrama; menyemai rasa hormat semua pelajar terhadap barisan pemimpin pelajar; membina keyakinan diri yang lebih berkarisma dalam memimpin rakan-rakan pelajar.

Biografi Ibnu Sina (Tokoh Perubatan Islam)

Syeikhur Rais, Abu Ali Husein bin Abdillah bin Hasan bin Ali bin Sina, yang dikenal dengan sebutan Ibnu Sina atau Aviciena lahir pada tahun 370 hijriyah di sebuah desa bernama Khormeisan dekat Bukhara. Sejak masa kanak-kanak, Ibnu Sina yang berasal dari keluarga bermadzhab Ismailiyah sudah akrab dengan pembahasan ilmiah terutama yang disampaikan oleh ayahnya. Kecerdasannya yang sangat tinggi membuatnya sangat menonjol sehingga salah seorang guru menasehati ayahnya agar Ibnu Sina tidak terjun ke dalam pekerjaan apapun selain belajar dan menimba ilmu.


Dengan demikian, Ibnu Sina secara penuh memberikan perhatiannya kepada aktivitas keilmuan. Kejeniusannya membuat ia cepat menguasai banyak ilmu, dan meski masih berusia muda, beliau sudah mahir dalam bidang kedokteran. Beliau pun menjadi terkenal, sehingga Raja Bukhara Nuh bin Mansur yang memerintah antara tahun 366 hingga 387 hijriyah saat jatuh sakit memanggil Ibnu Sina untuk merawat dan mengobatinya.


Berkat itu, Ibnu Sina dapat leluasa masuk ke perpustakaan istana Samani yang besar. Ibnu Sina mengenai perpustakan itu mengatakan demikian;

“Semua buku yang aku inginkan ada di situ. Bahkan aku menemukan banyak buku yang kebanyakan orang bahkan tak pernah mengetahui namanya. Aku sendiri pun belum pernah melihatnya dan tidak akan pernah melihatnya lagi. Karena itu aku dengan giat membaca kitab-kitab itu dan semaksimal mungkin memanfaatkannya... Ketika usiaku menginjak 18 tahun, aku telah berhasil menyelesaikan semua bidang ilmu.” Ibnu Sina menguasai berbagai ilmu seperti hikmah, mantiq, dan matematika dengan berbagai cabangnya.



Kesibukannya di pentas politik di istana Mansur, raja dinasti Samani, juga kedudukannya sebagai menteri di pemerintahan Abu Tahir Syamsud Daulah Deilami dan konflik politik yang terjadi akibat perebutan kekuasaan antara kelompok bangsawan, tidak mengurangi aktivitas keilmuan Ibnu Sina. Bahkan safari panjangnya ke berbagai penjuru dan penahanannya selama beberapa bulan di penjara Tajul Muk, penguasa Hamedan, tak menghalangi beliau untuk melahirkan ratusan jilid karya ilmiah dan risalah.



Ketika berada di istana dan hidup tenang serta dapat dengan mudah memperoleh buku yang diinginkan, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menulis kitab Qanun dalam ilmu kedokteran atau menulis ensiklopedia filsafatnya yang dibeni nama kitab Al-Syifa’. Namun ketika harus bepergian beliau menulis buku-buku kecil yang disebut dengan risalah. Saat berada di dalam penjara, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menggubah bait-bait syair, atau menulis perenungan agamanya dengan metode yang indah.



Di antara buku-buku dan risalah yang ditulis oleh Ibnu Sina, kitab al-Syifa’ dalam filsafat dan Al-Qanun dalam ilmu kedokteran dikenal sepanjang massa. Al-Syifa’ ditulis dalam 18 jilid yang membahas ilmu filsafat, mantiq, matematika, ilmu alam dan ilahiyyat. Mantiq al-Syifa’ saat ini dikenal sebagai buku yang paling otentik dalam ilmu mantiq islami, sementara pembahasan ilmu alam dan ilahiyyat dari kitab al-Syifa’ sampai saat ini juga masih menjadi bahan telaah.



Dalam ilmu kedokteran, kitab Al-Qanun tulisan Ibnu Sina selama beberapa abad menjadi kitab rujukan utama dan paling otentik. Kitab ini mengupas kaedah-kaedah umum ilmu kedokteran, obat-obatan dan berbagai macam penyakit. Seiring dengan kebangkitan gerakan penerjemahan pada abad ke-12 masehi, kitab Al-Qanun karya Ibnu Sina diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Kini buku tersebut juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Prancis dan Jerman. Al-Qanun adalah kitab kumpulan metode pengobatan purba dan metode pengobatan Islam. Kitab ini pernah menjadi kurikulum pendidikan kedokteran di universitas-universitas Eropa.



Ibnu juga memiliki peran besar dalam mengembangkan berbagai bidang keilmuan. Beliau menerjemahkan karya Aqlides dan menjalankan observatorium untuk ilmu perbintangan. Dalam masalah energi Ibnu Sina memberikan hasil penelitiannya akan masalah ruangan hampa, cahaya dan panas kepada khazanah keilmuan dunia.



Dikatakan bahwa Ibnu Sina memiliki karya tulis yang dalam bahasa latin berjudul De Conglutineation Lagibum. Dalam salah bab karya tulis ini, Ibnu Sina membahas tentang asal nama gunung-gunung. Pembahasan ini sungguh menarik. Di sana Ibnu Sina mengatakan, “Kemungkinan gunung tercipta karena dua penyebab. Pertama menggelembungnya kulit luar bumi dan ini terjadi lantaran goncangan hebat gempa. Kedua karena proses air yang mencari jalan untuk mengalir. Proses mengakibatkan munculnya lembah-lembah bersama dan melahirkan penggelembungan pada permukaan bumi. Sebab sebagian permukaan bumi keras dan sebagian lagi lunak. Angin juga berperan dengan meniup sebagian dan meninggalkan sebagian pada tempatnya. Ini adalah penyebab munculnya gundukan di kulit luar bumi.”



Ibnu Sina dengan kekuatan logikanya -sehingga dalam banyak hal mengikuti teori matematika bahkan dalam kedokteran dan proses pengobatan- dikenal pula sebagai filosof tak tertandingi. Menurutnya, seseorang baru diakui sebagai ilmuan, jika ia menguasai filsafat secara sempurna. Ibnu Sina sangat cermat dalam mempelajari pandangan-pandangan Aristoteles di bidang filsafat. Ketika menceritakan pengalamannya mempelajari pemikiran Aristoteles, Ibnu Sina mengaku bahwa beliau membaca kitab Metafisika karya Aristoteles sebanyak 40 kali. Beliau menguasai maksud dari kitab itu secara sempurna setelah membaca syarah atau penjelasan ‘metafisika Aristoteles’ yang ditulis oleh Farabi, filosof muslim sebelumnya.



Dalam filsafat, kehidupan Abu Ali Ibnu Sina mengalami dua periode yang penting. Periode pertama adalah periode ketika beliau mengikuti faham filsafat paripatetik. Pada periode ini, Ibnu Sina dikenal sebagai penerjemah pemikiran Aristoteles. Periode kedua adalah periode ketika Ibnu Sina menarik diri dari faham paripatetik dan seperti yang dikatakannya sendiri cenderung kepada pemikiran iluminasi.



Berkat telaah dan studi filsafat yang dilakukan para filosof sebelumnya semisal Al-Kindi dan Farabi, Ibnu Sina berhasil menyusun sistem filsafat islam yang terkoordinasi dengan rapi. Pekerjaan besar yang dilakukan Ibnu Sina adalah menjawab berbagai persoalan filsafat yang tak terjawab sebelumnya.



Pengaruh pemikiran filsafat Ibnu Sina seperti karya pemikiran dan telaahnya di bidang kedokteran tidak hanya tertuju pada dunia Islam tetapi juga merambah Eropa. Albertos Magnus, ilmuan asal Jerman dari aliran Dominique yang hidup antara tahun 1200-1280 Masehi adalah orang Eropa pertama yang menulis penjelasan lengkap tentang filsafat Aristoteles. Ia dikenal sebagai perintis utama pemikiran Aristoteles Kristen. Dia lah yang mengawinkan dunia Kristen dengan pemikiran Aristoteles. Dia mengenal pandangan dan pemikiran filosof besar Yunani itu dari buku-buku Ibnu Sina. Filsafat metafisika Ibnu Sina adalah ringkasan dari tema-tema filosofis yang kebenarannya diakui dua abad setelahnya oleh para pemikir Barat.



Ibnu Sina wafat pada tahun 428 hijriyah pada usia 58 tahun. Beliau pergi setelah menyumbangkan banyak hal kepada khazanah keilmuan umat manusia dan namanya akan selalu dikenang sepanjang sejarah. Ibnu Sina adalah contoh dari peradaban besar Iran di zamannya.

Khamis, 27 Januari 2011

Adakah anda mengenali siapa Albert Einstein??


Albert Einstein dilahirkan di Ulm, di Württemberg, Jerman, pada 14 Maret 1879. Enam minggu kemudian keluarganya pindah ke Munich, di mana dia nanti dia mulai sekolah di Lapangan Tenis Luitpold. Kemudian, mereka dipindahkan ke Italia dan Albert melanjutkan pendidikan di Aarau, Swiss dan pada 1896 ia masuk ke Swiss Federal Politeknik Sekolah di Zurich untuk dilatih sebagai guru di fisika dan matematika. Pada 1901, tahun dia mendapat Ijazah, dia diperoleh Swiss dan kewarganegaraan, karena dia tidak dapat menemukan posting mengajar, ia menerima posisi sebagai asisten teknis di Kantor Paten Swiss. Pada 1905 ia mendapat gelar dokter itu.

Selama tinggal di Kantor Paten, dan dalam waktu luang, ia menghasilkan jauh dari luar biasa dalam bekerja dan 1908 beliau telah dilantik Privatdozent di Berne. Pada 1909 ia menjadi Profesor Luar Biasa di Zurich, pada 1911 Professor Fisika teoretis di Praha, kembali ke Zurich pada tahun berikutnya untuk mengisi pos yang sama. Pada 1914 ia ditunjuk Direktur Institut Kaiser Wilhelm fisik dan Profesor di Universitas Berlin. Dia menjadi warga negara Jerman pada 1914 dan tetap di Berlin sampai 1933 ketika itu dia renounced kewarganegaraan karena alasan-alasan politis dan berhijrah ke Amerika untuk mengambil posisi Professor Fisika teoretis di Princeton *. Dia menjadi warga negara Amerika pada 1940 dan pensiunan dari pos pada 1945.

Setelah Perang Dunia II, Einstein adalah seorang tokoh terkemuka di Dunia Pemerintah Gerakan, dia presiden yang ditawarkan oleh negara Israel, yang dia ditolak, dan dia bekerjasama dengan Dr Chaim Weizmann dalam pembentukan Universitas Ibrani Yerusalem.

Einstein selalu muncul untuk memiliki pandangan yang jelas masalah fisika dan penentuan untuk menyelesaikannya. Dia mempunyai strategi sendiri dan mampu untuk memvisualisasikan utama pada tahap cara untuk tujuan itu. Ia dianggap sebagai pencapaian besar itu hanya langkah-batu untuk muka berikutnya.

Pada awal ia bekerja ilmiah, Einstein menyadari kelemahan-kelemahan Newtonian mekanik dan teori relativitas khusus membatasi dari upaya untuk mendamaikan hukum mekanik dengan undang-undang dari elektromagnetik lapangan. Dia ditangani dengan masalah klasik statistik mekanik dan masalah yang mereka bergabung dengan teori kuantum: ini dipimpin untuk penjelasan dari Brownian pergerakan Molecules. Dia juga mengupas tentang properti dari cahaya dengan kepadatan rendah radiasi dan pengamatannya meletakkan dasar dari teori photon cahaya.

Dalam dini hari di Berlin, Einstein postulated yang benar tentang teori relativitas khusus juga harus memberikan sebuah teori gravitasi dan 1916 dia di kertas itu diterbitkan pada teori relativitas umum. Selama ini dia juga menyumbang kepada masalah teori radiasi dan statistik mekanik.

Pada tahun 1920-an, Einstein memulai pembangunan di bidang unified teori, walaupun dia terus bekerja pada probabilistic interpretasi dari teori kuantum, dan dia persevered ini dengan bekerja di Amerika. Ia menyumbang kepada statistik mekanik dengan perkembangan jumlah teori dari monatomic gas dan ia juga telah menyelesaikan pekerjaan yang berharga dalam kaitannya dengan atom dan kendala transisi relativistic kosmologi.

Setelah itu dia pensiun terus bekerja ke arah perpaduan dari konsep dasar fisika, mengambil pendekatan yang berlawanan, geometrisation, untuk kebanyakan ahli fisika.

Einstein's penelitian adalah, tentu saja, baik chronicled dan bekerja lebih penting termasuk Teori Relativitas Khusus (1905), Relativitas (Bahasa Inggris, 1920 dan 1950), Teori Relativitas Umum (1916), Investigasi pada Teori Gerakan Brownian (1926) , Dan dari Fisika Evolution (1938). Di antara orang non-karya ilmiah, Tentang sionisme (1930), Perang Mengapa? (1933), saya Filsafat (1934), dan Dari Saya Nanti Tahun (1950) barangkali yang paling penting.

Albert Einstein menerima gelar kehormatan doktor di bidang sains, falsafah dan obat-obatan dari Eropa dan Amerika banyak perguruan tinggi. Selama tahun 1920-an ia lectured di Eropa, Amerika dan Timur Jauh dan ia telah diberikan atau Fellowships Keanggotaan semua akademi ilmiah terkemuka di seluruh dunia. Dia mendapatkan berbagai penghargaan dalam pengakuan dari karyanya, termasuk Copley Medal dari Royal Society of London pada 1925, dan Franklin Medal dari Franklin Institute di 1935.

Einstein's hadiah dapat dihindari menyebabkan banyak di rumah dan di tempat sepi intelektual, untuk relaksasi, musik memainkan peranan penting dalam hidupnya. Dia menikah Mileva Marić pada 1903 dan mereka mempunyai dua anak perempuan dan anak-anak; adalah mereka perkahwinan dibubarkan pada 1919 dan di tahun yang sama ia menikah sepupu dia, Elsa Löwenthal, yang mati pada 1936. Dia meninggal pada 18 April 1955 di Princeton, New Jersey.

Sabtu, 15 Januari 2011

Siapakah Pencipta Mentol??


Thomas Alva Edison (11 Februari 1847 – 18 Oktober 1931) ialah seorang pereka dan usahawan Amerika Syarikat yang mengembangkan banyak peranti yang amat mempengaruhi kehidupan di seluruh dunia. Digelar "Yang Pintar dari Taman Mentol" oleh seorang wartawan, beliau adalah salah satu pereka terawal yang menggunakan pengeluaran besar-besaran untuk proses perekaan dan oleh itu, sering dihargai kerana mencipta makmal penyelidikan perindustrian yang pertama.

Edison telah dianggap sebagai salah satu pereka yang paling prolifik dalam sejarah, dan memiliki 1,093 buah paten Amerika Syarikat atas namanya, serta juga banyak paten di United Kingdom, Perancis, dan Jerman.

Rabu, 12 Januari 2011

Info Islam

Siapakah Pencipta Bendera Malaysia?

bendera_inventor.jpg

Inilah dia Allahyarham Mohamed Hamzah, pencipta bendera Malaysia yang kini dikenali sebagai Jalur Gemilang. Bendera Malaysia dicipta pada 1947.

Buat pertama kalinya Bendera Malaysia di naikkan pada 31 Ogos 1957

Benarkah Ini Ayah?

Nama Penulis : Hasbullah

Senyuman wajah ayah terbayang dibenak ku. Aku memandang ke syiling, sambil teringat kenangan bersama ayah ketika aku kecil. Setiap kali wajah itu ku teringat, pasti mutiara jernih akan mengalir dari mataku. Ayah seorang yang gigih berusaha, berbagai-bagai dugaan yang ayah tempuhi untuk membesarkan kami 8 orang adik beradik. Di antara abang dan kakak ku yang lain, aku lah anak yang paling rapat dengan ayah.
“Acik-acik buka pintu, nana balik pukul hai satu……”. Nanyian lagu Tan Sri P. Ramlee sering dinyanikan oleh ayah untuk aku ketika aku kecil. Sewaktu itu ketika ayah membawa aku bersiar-siar dengan menaiki motosikal 70 suzuki yang berwarna biru ayah. Ayah selalu membuatkan aku terhibur dengan berbagai nyanyian lagu yang dinyanyi oleh ayah ketika bersiar-siar. Aku salah seorang anak ayah yang paling ayah sayang.
Ketika dirumah, aku selalu duduk dan berkongsi cerita bersama ayah. Ayah juga begitu, ayah sering cerita pengalam ayah ketika ayah masih remaja. “Ayah suka pergi memancing berumpankan belacan yang digaul bersama tepung gandum”. “Dapat ikan ke ayah??”. Riak wajah ayah tersenyum, “Ikan suka juga dengan belacan, sebab belacan kan udang yang dah kering”. “ohh”, baru la aku tahu yang belacan juga boleh di jadikan umpan juga. Tanpa aku sedari, aku telah dapat serba sedikit pengetahuan memancing. Selalu aku hanya menggunakan cacing sahaja untuk memancing.
Ayah memiliki kebun dan sawah. Selain itu ayah juga memelihara ayam dibelakang rumah. Banyak juga ayam yang ayah pelihara, lebih kurang dalam 20 ekor ke atas. Aku bangga memiliki ayah yang gigih, tabah dan rajin. Di kebun juga ayah banyak menanam nenas dan juga pokok pisang, tambahan juga ayah ada menanam pokok mangga, pokok kelapa dan juga pokok jambu botol. Ayah juga ada menanam tebu kuning, manis rasanya. Ketika aku berumur 4 hingga 6, ayah sering memberi aku makan tebu. Puas rasanya memakan tebu.
Ketika aku berumur 6 tahun, ayah selalu bawa aku ke sawah ketika musim menuai. Gembira rasanya. Banyak bangau putih berkaki panjang bermain didalam sawah ketika padi dituai menggunakan jentera berwarna kuning. Selain itu kelihatan beberapa orang menaiki jentera tersabut. Sesekali teringin juga ku nak menaiki jentera tersebut. Tetapi umurku dan sifat pemalu aku membuatkan aku takut nak naik.
Apabila raya puasa sudah hampir, ayah akan membawa aku melawat ke kubur arwah nenek ku. Aku lihat ayah membaca surah Yassin untuk disedekahkan kepada arwah nenek. Sesudah ayah membaca surah Yassin, aku dan ayah akan membuang daun kering dan membersihkan daun dan ranting dari kubur nenek. Mesti arwah nenek bangga memiliki anak seperti ayah.
Tetapi kenangan itu sekarang tinggal lah kenangan.
Tiba-tiba lamunanku terhenti apabila emak memanggil aku untuk melawat ayah di hospital. Kesian ayah, mesti ayah sukar untuk terima semua ini. Berbagai-bagai dugaan yang ayah perlu hadapi. Aku bersama abang Zul dan emak melawat ayah di hospital. Mak yang juga sakit tangan dan kaki kuatkan semangat untuk melawat ayah. Aku menolak kerusi roda yang dinaiki mak, kerana emak tidak mampu untuk berdiri lama.
***
Pada tahun 2002, ayah diserang penyakit angin ahmar (Stroke). Ketika itu aku berumur 8 tahun. Sesekali juga aku mula sedih dengan nasib ayah. Tapi ketika itu aku masih tak dapat faham perasaan ayah yang menanggung sakit, kerana ketika itu aku masih darjah 2. Aku sering mengekori along untuk membawa ayah pergi berubat secara tradisional. Berbagai-bagai cara kami sekeluarga usahakan. Tetapi tiada berhasil, akhirnya ayah dihantar ke hospital untuk berubat secara moden.
Ayah ditahan wad kerana angin ahmar (Stroke). Ayah kelihatan sedih ketika itu. “Abang sabar ea, nanti awak dah sembuh baru awak boleh balik tau”, mak memujuk ayah yang kelihatan sedih. Selama ayah di hospital, banyak ayam ayah mati. Tak tahu la, padahal setiap hari diberi makan. Cukup masa je pasti diberi makan. Mungkin ayam-ayam yang mati rindu pada tuan mereka. Seekor demi seekor mati satiap hari hingga la ayah pulang ke rumah.
***
Aku termenung disisi ayah yang sedang lena tidur.Pada malam itu berbagai soalan bermain diminda. Aku gelisah memikirkan masalah ini. Kerana hari persekolahan hampir tiba tidak lama lagi. “Bagaimana aku mahu hadapi hari-hariku tanpa ayah dirumah??”. Aku keluar dari wad ayah untuk bersiar dan tenangkan fikiran. Ketika aku bersiar-siar di luar hospital, aku langkahku terhenti dan aku mencari tempat duduk untul berehat.
“Fuh!!” aku menghembuskan nafas lega. Fikiranku menjadi tenang apabila anak mataku memandang tepat pada masjid negeri Melaka yang berhampiran dengan Hospital Besar Melak. Naluriku mula memikirkan perkara positif, mengapa situasi ayah begini. Aku tahu ada ramai lagi orang yang menghidap penyakit yang lebih teruk dari ayah. Ini la yang dinamakan dugaan. Setiap makhluk di dunia pasti memiliki masalah sendiri.
Kemudaian aku melangkah masuk ke dalam wad ayah. Aku lihat ayah sudah terjaga dari tidurnya. “Adik pergi mana??” soalan ayah ditujukan kepada aku. “Adik pergi jalan-jalan dekat luar tadi, dalam wad ni sejuk ”. Ayah menganguk faham. Kemudian ayah kembali melelapkan mata. Aku juga begitu. Setiap satu jam, aku tersedar dari tidurku kerana ayah memanggil nama ku untuk meminta makanan. Namun begitu aku tidak beri, kerana doctor telah berpesan kerana ayah diminta berpuasa selama satu malam kerana doctor mahu mengambil darah ayah pada keesokan harinya.
“Ayah sabar ea, esok pagi adik bagi ayah makan”. Aku faham perasaan ayah yang sudah kelaparan kerana petang itu ayah hanya makan sedikit sahaja kerana ayah sering tersedak. Muka ayah kelihatan sedih. “Bukan adik tak nak bagi, tetapi doctor dah pesan suruh ayah puasa. Ayah boleh minum air mineral je”. Ayah angguk faham, “bagi ayah air”. Lalu aku bangkit dan tuangkan air ke dalam cawan untuk diberi kepada ayah. Sedikit demi sedikit ayah teguk. Aku terlihat wajah ayah yang dalam kehausan. Kesian ayah.
***
Cemik muka ayah mula terpapar dari raut wajah ayah apabila kenangan pada empat tahun lalu mula aku cerita padanya. Ketika itu aku berumur dua belas tahun. Aku hanya suka tidur dua puluh empat jam, malam tidur, pagi tidur, petang tidur. Sehinggakan ayah mula rasa risau. “Kenapa adik nak tidur je ni? Kuatkan semangat, macam mane nak baik ni..” Tetapi aku ibarat masuk telinga kanan keluar telinga kiri.
Satu hari tu aku teringin untuk makan roti telur, lalu aku memberi tahu ayah. Dengan perasaan kasih sayang, pagi-pagi lagi ayah sudah mencari roti telur untuk diberikan kepada aku. Ayah tahu aku suka makan dengan banyak, oleh itu ayah membelikan aku roti sebanyak dua keeping. Tetapi hanya suku dari dua keeping roti itu yang aku usik. Ayah memohon aku menghabiskan kerana membazir itu amalan syaitan.
Ketika itu aku benar-benar rasa mengantuk, aku sedih sangat-sangat kerana aku tidak berdaya untuk menghabiskan roti itu lalu menghiburkan ayah. “Ayah habiskan tau, sayang je roti ni”, aku mengangguk agar meminta ayah supaya habiskan. Oleh sebab kasih sayangnya pada aku, ayah sanggup malakukan apa sahaja untuk aku. Ayah memaksa aku makan dan minum, tetapi aku tidak endahkan kerana fokus aku masa itu tidur. Badan ku seakan-akan diikat dari tempat tidurku.
Hari demi hari ayah menantikan aku bangkit dari tempat tidurku agar aku bermain diluar seperti orang lain yang aktif di luar rumah. Ayah sentiasa disisi aku ketika aku tidak sihat. Ayah selalu hiburkan aku dengan berbagai-bagai cara. Baru la aku sedar bahawa kasih ayah pada anak-anaknya sungguh besar.
Aku mengosok dada ayah dan meminta ayah tarik nafas untuk meredakan tangisannya. Aku faham perasaan ayah yang dalam keadaan seperti itu. Ayah tidak mampu bercakap seperti orang biasa, ayah tak mampu berdiri seperti orang biasa, ayah tidak mampu untuk menelan makanan seperti orang biasa dan ayah juga tak mampu menghiburkan aku lagi seperti aku kecil.
“Sabar ayah. Ini semua dugaan dari Allah”, ayah semakin sedih. Mungkin ayah masih belum boleh menerima hakikatnya. Aku kembali mengosok dadanya agar ayah tenang. Tangisan ayah ibarat seribu pisau yang menusuk ke tubuh aku. Aku hanya mampu menahan sebak apabila melihat keadaan ayah sebegitu rupa. Tambahan pula emak yang sedang mengalami sakit sendi di rumah.
Sungguh hebat dugaan yang Tuhan beri kepada aku dan semua adik beradik ku. Mujurlah kami sudah besar dan boleh menguruskan diri. Dugaan yang Tuhan berikan mengandungi pelbagai hikmah, mungkin untuk mengeratkan lagi hubungan kami sesama adik-beradik dan mengingatkan kami kepada segala jasa ibu dan ayah sewaktu mendidik, mengajar dan membesarkan kami dengan penuh sabar dan tabah.
***
Ayah dibenarkan pulang pada petang ini. Perasaan ayah yang gembira mambuatkan wajahnya sedikit tersenyum. Mungkin ayah masih sukar untuk menerima takdirnya, “Kenapa ni ayah?? Tak nak la sedih-sedih lagi. Ayah kan dah boleh balik”. Ayah seperti tidak menghiraukan apa yang aku katakana. Sementara aku menunggu surat pengesahan dari doktor. Aku bersiar-siar buat kali terakhir di luar kawasan hospital.
Ramai yang sedang menggu diluar wad untuk menantikan waktu melawat, untuk melawat pesakit wad aras tiga. Aku meniju ke lif dan melangkah dengan berbagai harapan. Aku termenung, aku rindu pada suara ayah yang dulu sering berbual dengan aku sebelum aku tinggal di asrama. Jika dulu ayah sering berbual dengan ku. Tetapi sekarang ayah diam seribu bahasa, terasa sunyi sangat tanpa dihiburkan suara ayah yang jika duli memanggil namaku.
Jika dulu ayah mampu berjalan walaupun menggunakan tongkat, tetapi sekarang ayah insan yang lemah yang sering gelarkan dirinya sebagai orang cacat.
“Kenapa ayah ni??”, aku menegur ayah yang mengelarkan dirinya sebagai seorang yang cacat.
“Ayah dah tak boleh berjalan. Ayah tak macam orang lain yang mampu berdiri lama dan berlari” nada ayah sedih.
“Ayah masih boleh sembuh, ayah tak cacat”, setitik mutiara jernih ku menitis ke tanah.
Inikah sepatutnya ayah katakan ketika ayah dalam keadaan macam ni? Tiba-tiba aku tersedar dari khayalan. Aku terus menuju ke wad ayah dan menanti kehadiran abang Zul untuk membawa aku dan ayah pulang ke rumah selapas mendapat surat pengesahan.

***
Masuk tahun ini dah dua tahun kenangan itu berlalu. Ayah kini pulih dari angin ahmar. Syukur la. Dugaan berat dari tuhan akhirnya tamat juga, kini ayah mampu berjalan. Tetapi gaya jalan ayah masih lemah dan kini masih mendapatkan rawatan dari hospital. Kami sekeluarga sentiasa member ayah semangat agar terus berusaha untuk sembuh sepenuhnya, walaupun kami tahu agak sukar untuk ayah sembuh.
Ayah semakin bertenaga dan bersemangat dari sebelum ini. Ayah sekarang sudah dapat menerima takdirnya. Dan sekarang ayah mampu memegang cucunya, kini kami sekeluarga gembira. Aku juga bangga kerana dapat seorang ayah yang rajin berusaha dan gigih. Tak akan aku lupakan pahit getir ini. Terima Kasih ya Allah kerana menyembuhkan ayah ku dari sakitnya. Masih kusimpan puisi yang aku tulis ketika ayah terlantar di hospital.
Ayah....
Disaat aku menemani mu disudut katil mu,
Aku terkedu melihat dikau menangis,
Ayah...
Aku rindu pada suaramu,
Yang dulu memanggil namaku dan nama cucumu,
Ayah...
Ketika aku menemanimu,
Aku sentiasa menanti senyumanmu,
Agar menceriakan hari-hariku,
Ayah...
Usah la kau bersedih,
Aku disini akan menemanimu hingga akhir hayat ku,
Ayah...
Jangan kau tangisi nasibmu lagi,
Aku disini akan cuba memberimu semangat untuk terus hidup di muka bumi...
Ayah ku sayang...
Usah la ayah merasa risau,
Aku akan cuba bantu ayah untuk terus hidup.

Mungkin Anda Mencari :

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...